Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

UU baru untuk mengakhiri diskriminasi terhadap perempuan Filipina

Partai Perempuan Gabriela mengadakan demonstrasi di depan Kongres Filipina di Manila untuk mendesak diakhirinya diskriminasi terhadap perempuan.

RENUNGANHARIANKATOLIK.WEB.ID - Kongres Filipina telah mengeluarkan undang-undang (UU) baru yang bertujuan mengakhiri diskriminasi terhadap perempuan dan memastikan kesetaraan gender di tempat kerja.

RUU itu juga dikenal sebagai RUU Anti-Diskriminasi Terhadap Perempuan di Tempat Kerja, disetujui dengan 248 suara anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada 29 November.

UU baru tersebut akan mempengaruhi perluasan daftar tindakan larangan di bawah UU

Perburuhan Filipina seperti diskriminasi terhadap karyawan perempuan terkait syarat dan ketentuan kerja semata-mata akibat jenis kelamin.

Kelompok perempuan dari Partai Perempuan Gabriela mengatakan RUU itu berusaha memperkuat ketentuan anti-diskriminatif di bawah UU saat ini dengan ketentuan hukuman penjara bagi para pelanggar.

“Sekarang undang-undang ini memiliki gigi, pelanggar sekarang menghadapi hukuman penjara dibandingkan dengan undang-undang lama di mana denda adalah satu-satunya hukuman yang tidak mungkin,” kata anggota Gabriela dan pengacara Lina Jeresano kepada UCA News.


$ADS={1}

Jeresano mengatakan di bawah RUU tersebut, adalah melanggar hukum bagi pemberi kerja mana pun untuk memberikan kompensasi yang lebih rendah, termasuk upah, gaji, atau bentuk tunjangan lainnya kepada perempuan dibandingkan dengan pekerja laki-laki untuk pekerjaan dengan nilai yang setara.

“Memihak karyawan laki-laki atas karyawan wanita sehubungan dengan penugasan, promosi, tunjangan kerja, kesempatan pelatihan, studi dan beasiswa semata-mata karena jenis kelamin atau karakteristik jenis kelamin mereka, baik yang sebenarnya maupun yang diduga, juga dapat dihukum berdasarkan undang-undang tersebut,” tambah Jeresan.

Sebuah perusahaan di Filipina, berdasarkan UU tersebut, juga tidak boleh memberhentikan atau merumahkan karyawan perempuan karena kehamilannya, atau saat dia sedang cuti atau tahanan.

RUU tersebut juga menaikkan denda dari 10.000-20.000 peso (200-400 dolar AS) menjadi 50.000-200.000 peso (1.000-4.000 dolar AS).


$ADS={2}

Perusahaan swasta menyambut baik RUU yang mengakui peran perempuan di dunia usaha.

“Kita berada di abad baru di mana perempuan berperan penting dalam berbagai posisi perusahaan. Banyak CEO di perusahaan-perusahaan di Filipina adalah perempuan,” kata Lorenz Francia, seorang pengusaha di Manila kepada UCA News.

Francia mengutip beberapa perempuan China-Filipina karena ketekunan dan hasil karya mereka bisa sukses.

“Mica Tan, misalnya, mulai berdagang saham di Bursa Efek Filipina saat berusia 13 tahun. Tahun 2009, pada usia 19 tahun, dia ikut mendirikan MFT Group, sebuah perusahaan swasta yang beroperasi di sembilan negara dan 19 kota di seluruh dunia,” tambah Francia.

Perusahaan Tan bernilai sekitar 61 juta dolar AS hingga Maret 2020, menurut Makati Business Club.


$ADS={1}

Pastor Ryan Delos Santos dari Komisi Kehidupan Keluarga Konferensi Waligereja Filipina (CBCP) mengatakan RUU itu bertujuan melindungi kaum perempuan tidak hanya di tingkat atas masyarakat Filipina, tetapi juga perempuan biasa yang bergantung pada gaji bulanan mereka.

“Seperti yang dikatakan Paus Fransiskus, kita perlu terus memperjuangkan kesetaraan perempuan. Perjuangan untuk hak-hak perempuan adalah perjuangan yang berkelanjutan karena di beberapa tempat kaum perempuan memiliki kesetaraan dengan laki-laki, namun di tempat lain tidak, sayangnya, termasuk Filipina, yang masih sangat patriarkal,” kata Pastor Santos kepada UCA News.

Akumulasi kekayaan pria dan wanita di Filipina tidak sama seperti yang seharusnya, menurut laporan World Economic Forum.


$ADS={2}

Studi tersebut mengungkapkan perempuan Filipina hanya mencapai 79 persen dari kekayaan pria ketika kedua jenis kelamin mencapai usia pensiun di usia 60 tahun.

“Anda lihat bahwa ada kesenjangan kekayaan antara laki-laki dan perempuan di Filipina justru karena pekerjaan dan kesempatan kerja,” kata Oscar Reyes, antropolog Filipina kepada UCA News.

[UCA News]