Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Berikut Yang Harus Anda Ketahui Tentang Apologetik

Banyak orang menghindari dan tidak mempedulikan apologetik karena hal itu dianggap terlalu intelektual, abstrak, dan rasional. Mereka berpendapat bahwa hidup dan cinta dan moralitas dan kesucian adalah hal-hal yang jauh lebih penting dibandingkan penalaran.

Mereka yang berpendapat seperti ini adalah benar; mereka hanya saja tidak menyadari bahwa mereka sedang bernalar. Kita tidak dapat menghindari diri kita untuk bernalar – tetapi kita dapat menghindari (sengaja) melakukan penalaran yang benar; malah melakukan penalaran yang salah, sehingga penalaran yang kita lakukan bertentangan dengan iman. Namun jika penalaran dilakukan dengan benar, penalaran dan akal budi adalah teman bagi iman, bukan musuh, dan nalar juga merupakan teman bagi kesucian sebagai jalan menuju ke kebenaran, dan kesucian menemukan artinya yaitu mencintai Allah, yaitu Kebenaran.

Bukan hanya penalaran Apologetik yang mengantarkan kita kepada Iman dan Kesucian, tetapi sebaliknya juga Iman dan Kesucian mengantarkan kita kepada penalaran Apologetik. Dan bagi kita, kesucian berarti mencintai Allah, dan mencintai Allah berarti kita harus taat setia kepada kehendak Allah, dan kehendak Allah adalah agar kita mengenal DIA dan “siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,” (1 Petrus 3:15).

Dan fakta benar menunjukan bahwa Apologetik tidaklah sepenting Cinta Kasih yang merupakan hal yang lebih utama, namun bukan berarti Apologetik bukan hal yang sangat, sangat tidak penting. Sama halnya fakta bahwa ‘Kesehatan’ tidak sama sepenting ‘Kebijaksanaan’, tetapi bukan berarti Kesehatan bukan hal yang sangat, sangat tidak penting – sebagai contoh ‘Kesehatan’ lebih penting daripada ‘Uang’.

Di lain pihak ada juga alasan yang lebih mendalam bagi orang-orang yang menghindari penalaran Apologetik, yaitu mereka memilih mempercayai atau tidak mempercayai dengan hati mereka daripada dengan pikiran mereka. Bahkan argumen yang paling sempurna pun tidak mampu menggugah atau menyemangati mereka, karena bagi mereka emosi, hasrat, dan pengalaman konkrit lah yang terpenting. Hampir semua orang tahu bahwa hati adalah pusat diri kita, bukan pikiran kita.

Tetapi Apologetik berusaha mencapai hati melalui pikiran. Pikiran adalah hal yang penting juga dalam diri kita, karena pikiran adalah pintu gerbang menuju ke hati. Kita hanya dapat mengasihi Allah jika kita mengenal Allah.

Lebih lanjut, akal budi atau nalar memiliki pengaruh terhadap keyakinan, percaya atau tidak percaya. Kita tidak dapat mempercayai suatu hal yang kita ketahui ketidak-benarannya, dan kita tidak dapat mengasihi sesuatu yang percayai bahwa sesuatu itu tidak nyata. Argumen mungkin tidak membawa kita kepada iman, tetapi yang pasti argumen dapat menjauhkan kita dari iman. Oleh karena itu kita perlu untuk ikut dalam perdebatan argumen, mempertanggung jawabkan iman kita.

Argumen dapat membawa kita kepada iman, namun dengan tidak langsung; sama halnya dengan sebuah mobil yang membawa kita ke laut. Mobil tidak dapat berenang; kita harus keluar dari mobil dan melompat ke laut.

Tetapi karena kita tidak dapat melompat dari tempat asal kita 100 meter jauhnya dari laut, kita membutuhkan mobil untuk mengantarkan kita dahulu ke pinggir laut agar kita bisa melompat ke dalam laut. Begitu juga halnya Iman, Iman adalah lompatan dari yang percaya menjadi tidak percaya, tetapi lompatan itu diterangi oleh terang, bukan dalam kegelapan, dan penalaran Apologetik menerangi agar kita dapat melompat menjadi orang yang percaya.

Pikiran selayaknya adalah pengemudi diri kita. Hati selayaknya adalah kapten diri kita. (Apa yang dimaksudkan oleh Kitab Suci dengan hati adalah lebih kepada “keinginan” daripada “perasaan”.) Kedua hal tersebut yaitu Pikiran dan Hati tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling mempengaruhi dengan cara masing-masing.

Berikut adalah argumen-argumen yang dapat menerangi kita agar memperdalam iman Katolik kita.

Baca Selengkapnya.