Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Renungan Harian Katolik Minggu 31 Juli 2022

Renungan Harian Katolik Minggu 31 Juli 2022

Renungan Harian Katolik Minggu 31 Juli 2022 Hari Minggu XVIII Biasa Warna Liturgi Hijau.

Bacaan Pertama: Pkh. 1:2; 2:21-23

Mazmur Tanggapan: Mzm. 90:3-4,5-6,12-13,14,17

Bacaan Kedua: Kol. 3:1-5.9-11

Bait Pengantar Injil: Mat 5:3,2/4

Bacaan Injil: Luk. 12:13-21

{tocify} $title={Daftar isi Bacaan}

Bacaan Pertama: Pkh. 1:2; 2:21-23

Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, sungguh kesia-siaan belaka! Segala sesuatu adalah sia-sia. Sebab, kalau ada orang berlelah-lelah mencari hikmat, pengetahuan dan kecakapan, maka ia harus meninggalkan bahagianya kepada orang lain yang tidak berlelah-lelah untuk itu.

Ini adalah kesia-siaan dan kemalangan yang besar. Apakah faedah yang diperoleh manusia dari segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya?

Seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati; bahkan pada malam hari hatinya tidak tenteram. Ini pun adalah kesia-siaan!
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm. 90:3-4,5-6,12-13,14,17

Ref. Tuhan penjaga dan benteng perkasa dalam lindungan-Nya aman sentosa.

  1. Engkau mengembalikan manusia kepada debu, hanya dengan berkata, "Kembalilah, hai anak-anak manusia!" Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin atau seperti satu giliran jaga di waktu malam.
  2. Engkau menghanyutkan manusia seperti orang mimpi seperti rumput yang bertumbuh: di waktu pagi tumbuh dan berkembang, di waktu petang sudah lisut dan layu.
  3. Ajarilah kami menghitung hari-hari kami, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Kembalilah, ya Tuhan, berapa lama lagi? dan sayangilah hamba-hamba-Mu!
  4. Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita sepanjang hayat. Kiranya kemurahan Tuhan melimpah atas kami! Teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami teguhkanlah!

Bacaan Kedua: Kol. 3:1-5.9-11

Saudara-saudara, kamu telah dibangkitkan bersama Kristus. Maka carilah perkara yang di atas, di mana Kristus berada, duduk di sisi kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati, dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus dalam Allah.

Kristuslah hidup kita. Apabila Dia menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan. Karena itu matikanlah dalam dirimu segala yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala.

Janganlah kamu saling mendustai lagi, karena kamu telah menanggalkan manusia-lama beserta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia-baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Penciptanya.

Dalam keadaan yang baru itu tiada lagi orang Yunani atau Yahudi, orang bersunat atau tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka; yang ada hanyalah Kristus di dalam semua orang.
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur Kepada Allah.

Bait Pengantar Injil: Mat 5:3,2/4

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.

Bacaan Injil: Luk. 12:13-21

Sekali peristiwa Yesus mengajar banyak orang. Salah seorang dari mereka berkata kepada Yesus, "Guru, katakanlah kepada saudaraku, supaya ia berbagi warisan dengan daku."

Tetapi Yesus menjawab, "Saudara, siapa yang mengangkat Aku menjadi hakim atau penengah bagimu?" Kata Yesus kepada orang banyak itu, "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan! Sebab walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya itu."

Kemudian Ia menceritakan kepada mereka perumpamaan berikut, "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya, 'Apakah yang harus kuperbuat, sebab aku tidak punya tempat untuk menyimpan segala hasil tanahku.'

Lalu katanya, 'Inilah yang akan kuperbuat: Aku akan merombak lumbung-lumbungku, lalu mendirikan yang lebih besar, dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum serta barang-barangku.

Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya. Beristirahatlah, makanlah, minumlah, dan bersenang-senanglah!'

Tetapi Allah bersabda kepadanya, 'Hai orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu. Bagi siapakah nanti apa yang telah kausediakan itu?' Demikianlah jadinya dengan orang yang menimbun harta bagi dirinya sendiri, tetapi ia tidak kaya di hadapan Allah."
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik Minggu 31 Juli 2022

Hidup dengan kelimpahan harta merupakan sebuah anugerah yang luar biasa. Dengan harta yang dimiliki, seseorang mampu melakukan banyak hal. Bisa jadi semua yang diinginkannya mampu ia raih, apa yang diharapkannya bisa tercapai.

Menjadi wajar jika seorang yang kelimpahan harta mampu menempuh pendidikan setinggi mungkin. Orang yang dasarnya sudah kaya, bisa jadi akan semakin kaya karena berbagai kemungkinan akan mampu ia jalani.

Ia mempunyai pemikiran yang luas. Mentalitasnya sudah mentalitas orang yang menjalankan bisnis dalam skala besar misalnya. Maka kita menjadi ingat apa yang dikatakan Yesus ‘yang punya akan semakin ditambah, yang tidak punya, bahkan apapun yang ada padanya akan diambil’.

Perikop ini diberi judul ‘orang kaya yang bodoh’. Padahal kalau kita lihat, dalam arti tertentu tidak ada orang kaya yang bodoh. Jika ia bodoh, maka kekayaannya akan habis dan ia tidak mampu mengembangkan kekayaannya. Tetapi kenyataannya perikopa ini diberi judul demikian. Pertanyaannya, mengapa ia sampai dikatakan sebagai orang kaya yang bodoh?

Kiranya letak kebodohan utama dari orang kaya ini adalah bahwa ia hanya berhenti pada kekayaannya. Setelah ia kaya, ia tidak mampu mengerti untuk apa kekayaannya. Setelah berlimpah harta, ia hanya berhenti pada diri sendiri. Ia mengumpulkan harta itu hanya untuk dirinya sendiri. Padahal ia mendapat kekayaan juga dari orang lain, bukan dari dirinya sendiri.

Kiranya, kekayaan bukanlah sebuah kesalahan, bukan sesuatu yang dilarang. Justru dengan kekayaan itu seseorang mampu untuk berbuat kebaikan yang jauh lebih besar. Dengan kekayaan seseorang mampu berbuat banyak hal.

Kekayaan adalah berkat dari Tuhan sendiri. Kekayaan adalah buah dari usaha dan perjuangan yang membutuhkan ketekunan dan keuletan. Kekayaan adalah bagian indah dalam kehidupan. Kiranya semua orang mempunyai keinginan untuk menjadi orang yang kaya. Tidak sedikit orang yang berusaha untuk menjadi kaya.

Berefleksi dari perikopa hari ini, pertanyaan pokok untuk kita adalah setelah kaya, terus kita mau apa? Tidak sedikit orang yang bercita-cita menjadi orang kaya. Setelah kaya kemudian menjadi bingung, kemudian mau apa?

Itulah yang terjadi pada kisah hari ini. Orang kaya itu tidak mampu memanfaatkan kekayaannya untuk berbuat sesuatu yang lebih, terutama untuk mereka yang tidak seberuntung dirinya. Nampak sekali yang menjadi pusat adalah dirinya, orang lain masa bodoh.

Tuhan kiranya tidak menghendaki umat-Nya menderita. Kita diajak untuk terus berusaha dan menjadi orang yang hidup dalam kesejahteraan. Hari ini kita diingatkan “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”

Hidup kita jauh lebih bermakna dari sekedar kekayaan yang kita miliki. Kekayaan diperuntukkan bagi kita, bukan kita yang diperuntukkan bagi kekayaan. Kitalah yang mengendalikan kekayaan itu, bukan justru sebaliknya.

Harta duniawi akan cepet berlalu, dalam hitungan kedipan mata harta yang segunung bisa menjadi sebaskom, tidak membutuhkan waktu lama. Jika hidup kita tergantung pada itu, kita pun akan mundah menjadi hilang.

Lukas mengajak kita sebagai orang beriman untuk membangun dasar hidup dari Allah sendiri, harta kekayaan yang tidak akan mungkin hilang dari kita. Hidup dalam dan bersama Allah menjadikan kita kuat dan selamat.

Semoga kita mampu memakai apa yang kita miliki untuk melayani umat Allah. Mari kita ungkapkan syukur kita dengan membantu mereka yang membutuhkan pertolongan kita. Tidak menunggu kita kaya, kita dapat membantu siapa saja sejak saat ini.

Demikianlah Renungan Harian Katolik Minggu 31 Juli 2022.

Baca Selengkapnya.